Theblackmoregroup – Beras Tertahan di Selat menjadi frasa yang menggambarkan situasi pelik yang kini dihadapi India di jalur ekspor strategisnya. Ketegangan yang meningkat antara Israel dan Iran berdampak langsung pada arus perdagangan di Selat Hormuz, jalur laut vital bagi ekspor India, terutama untuk komoditas unggulannya beras basmati. Dengan nilai ekspor ke Iran yang ditaksir mencapai ₹6.374 crore pada tahun 2024–25, keterlambatan pengiriman hingga delapan bulan membawa dampak finansial yang signifikan bagi eksportir India.
Tidak hanya keterlambatan, konflik geopolitik ini juga menyebabkan premi asuransi kargo melonjak sekitar 20 persen, mendorong biaya logistik ke tingkat yang mengkhawatirkan. Di sisi lain, harga beras basmati di negara-negara Teluk diperkirakan akan mengalami kenaikan antara 5 hingga 15 persen, memicu kecemasan akan inflasi pangan di kawasan tersebut.
Pakistan Ambil Alih Peluang Pasar
Beras Tertahan di Selat juga menjadi momentum bagi Pakistan untuk masuk dan mengisi kekosongan pasar. Dengan memanfaatkan mekanisme barter beras ditukar dengan minyak Pakistan mampu menawarkan solusi yang lebih cepat dan menarik bagi negara importir yang terdampak. Manuver ini bukan hanya menguntungkan secara ekonomi. Tetapi juga memperkuat posisi Pakistan di pasar ekspor pangan global, khususnya di wilayah Teluk.
“Powering the Future: Legal Innovation and Clean Energy”
Langkah strategis ini memperlihatkan bagaimana krisis di satu negara dapat menjadi peluang emas bagi negara lain. Terutama ketika menyangkut kebutuhan pangan dan energi yang saling bergantung.
Dampak Jangka Panjang terhadap Rantai Pasok Global
Beras Tertahan di Selat menandai babak baru dalam tantangan rantai pasok global yang rentan terhadap gejolak politik dan konflik militer. Ketidakpastian di jalur pelayaran utama tidak hanya memukul eksportir, tapi juga mempengaruhi konsumen akhir. Negara-negara pengimpor mulai mempertimbangkan diversifikasi jalur logistik dan sumber pasokan agar tidak terlalu. Bergantung pada satu wilayah atau mitra dagang tunggal.
Ke depan, para analis memperkirakan bahwa situasi di Selat Hormuz akan terus memengaruhi tren ekspor-impor. Serta mendorong pergeseran kebijakan perdagangan luar negeri negara-negara utama di Asia Selatan dan Timur Tengah.